Pembangunan Delapan Gedung Baru UIN Walisongo Dimulai

By Admin

nusakini.com-- Pembangunan delapan gedung baru Universitas Islam Negeri (UIN) Walisong Semarang dimulai. Pembangunan ini dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, di Kampus III UIN Walisongo, Jalan Prof. Dr. Hamka Ngaliyan, Semarang, kemarin.

Delapan gedung baru yang akan dibangun dengan total luasan 26.400 m2 meliputi gedung rektorat, planetarium, perpustakaan dan ICT, laboratorium terintegritas, Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas Tarbiyah dan Pendidikan, Fakultas Sosial dan Politik, serta Fakultas Saintek. Rektor UIN Walisongo Muhibbin Noor dalam sambutanya mengatakan, proyek ini memperoleh pendanaan dari Islamic Development Bank (IsDB) dengan nomor pendanaan IND 164. 

Melaui program The Support to Development of the Islamic Higher Education Project di UIN Walisongo, IsDB tidak hanya membantu perbaikan aspek fisik dengan pembangunan gedung baru saja. Tetapi juga mencakup pengembangan kurikulum dan pengembangan kualitas SDM, termasuk diantaranya dukungan untuk transformasi dari IAIN Walisongo menjadi UIN Walisongo. 

“Kami berharap melalui proyek ini, UIN Walisongo dapat meningkatkan akses dan kualitas dalam bidang pendidikan,” harap Muhibbin. 

Senada dengan Muhibbin, Dirjen Pendis Kamaruddin Amin berharap pembangunan delapan gedung baru, bisa menjadi sarana yang mengantarkan perubahan pendidikan menjadi lebih baik mutu dan kualitasnya. “Kami berharap, pembangunan ini memicu semangat UIN Semarang untuk mengembangkan mutu dan kualitas kampus,” ujar Dirjen Pendis.   

Menurut Kamaruddin Amin, saat ini salah satu tantangan pendidikan Indonesia adalah pembangunan infrastruktur. Hal ini menurut Kamaruddin terjadi mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Ia pun menyambut baik pembangunan infrastruktur di UIN Walisongo Semarang. “Ini bisa menjadi salah satu instrumen transformatif yang sangat efektif untuk meningkatkan mutu dan kualitas bagi perguruan tinggi,” kata Kamaruddin. 

Kamaruddin menuturkan bahwa perguruan tinggi yang maju adalah perguruan tinggi yang memiliki anggaran untuk non infrastruktur sebanyak 70 sampai 80 persen. Sementara perguruan tinggi di Indonesia pembangunan infrastruktur masih mendominasi. “Hal ini karena anggaran ratusan miliar dalam bidang pendidikan di Indonesia masih terfokus dengan pembangunan infrastruktur,” kata Kamaruddin. 

“Jadi kalau hal ini sudah selesai mungkin lima sampai 10 tahun ke depan, untuk anggaran bisa diahlihkan ke pengembangan seperti penelitian atau pembangunan SDM. Sehingga diharapkan, ke depan bisa bersaing dengan negara-negara tetangga lain yang pendidikannya sudah maju,” harapnya. 

Kamaruddin mengingatkan tantangan perguruan tinggi akan semakin berkembang, khususnya dalam bidang kemajuan tekhnologi. Sehingga Kamaruddin berharap ada langkah positif untuk merespon tantangan tersebut. “Keberadaan kampus juga harus bisa terkoneksi sesuai dengan realitas kebutuhan zaman dan masyarakat,” harap Kamaruddin. (p/ab)